Ayat-Ayat Emas

« »

Senin, 27 Agustus 2012

Masa Belajar Meng Zi 孟子


Meng Zi 孟子 : "Ibu ku yang membuat ku pintar."

Di negeri China pernah hidup seorang filsuf besar bernama Meng Zi. Kebijaksanaan dan hikmatnya membuat sebagian besar orang China mengenalnya sebagai salah seorang filsuf besar selain Lao Zi dan Kong Zi.

Pada waktu Meng Zi masih kanak-kanak, ayahnya meninggal dunia.
Ibunya membesarkannya dengan kondisi yang sangat sulit. Karena sangat mencintai mendiang suaminya, Ibu Meng Zi pindah rumah di dekat makam suaminya. Karena hidup dekat makam, maka Meng Zi sering mengikuti perilaku orang yang sedang meratap. Bagi Meng Zi, ikut-ikutan sedih seperti permainan yang mengasyikan. Ibu Meng Zi yang mengetahui hal ini, berpikir bahwa ini tempat yang kurang baik bagi perkembangan anaknya, maka ia membawa Meng Zi pindah ke kota.

Di kota, banyak sekali pedagang, para pedagang suka berteriak menawarkan dagangan dan sering mengucapkan janji-janji palsu dalam menawarkan dagangannya. Ibu Meng Zi resah dan berpikir bahwa tempat ini tidak baik bagi perkembangan pengetahuan anaknya. Setelah berpikir matang soal tempat yang paling ideal untuk anaknya, ia memutuskan untuk pindah dekat sekolah.

Dari sekolah tersebut, bisa terdengar suara guru yang sedang mengajar. Lagipula di sekolah itu ada perpustakaan sehingga ia berharap anaknya bisa belajar banyak hal yang berguna untuk hidupnya.
Meng Zi pun terpengaruh, tiap hari ia mendengarkan hal yang disampaikan guru, ia belajar dan rajin membaca buku. Ibu Meng Zi sangat gembira, dalam hatinya ia berkata, "Ini memang tempat yang tepat untuk anak saya bertumbuh."


Suatu hari di dalam kelas, Meng Zi merasa bosan dan tak betah. Maka ia mencari jalan untuk bisa lari dari sekolah.
Setelah dilihat suasananya mendukung, ia pun lari pulang ke rumah. Sampai di rumah, ia segera mencari makanan dan duduk di atas beberapa potongan kain.
Sewaktu ibunya melihat, ia menanyakan, "Belum ada yang pulang sekolah, mengapa kamu sudah pulang?"

Meng Zi menjawab, "Sekolah itu sulit, saya tidak bisa belajar." Sang ibu mendengarkan alasan Meng Zi dengan cermat, tetapi tetap menunjukkan sikap tidak setuju dengan keputusan Meng Zi melarikan diri dari sekolah. Ia mengambil kain sutra dan memotongnya menjadi dua bagian. Setelah menjadi dua bagian, dipotong lagi menjadi empat bagian, dan seterusnya sampai tidak bisa dipotong lagi. Setiap kali melihat ibunya memotong kain menjadi lebih kecil, hati Meng Zi sedih sebab ia tahu ibunya adalah seorang janda yang membesarkan keluarga dengan membuat kain sutra.

Dengan menangis, Meng Zi menghampiri ibunya dan berkata, "Ibu jangan marah lagi, aku tahu aku sudah bersalah dan mengecewakan Ibu, tetapi Ibu jangan memotong kain sutra yang sangat berguna untuk kita itu, aku berjanji tidak akan bolos lagi."

Ibunya mendengarkan semua ucapan Meng Zi, dan berkata, "Kamu lihat potongan-potongan kain sutra ini. Benang sutra ditenun sedikit demi sedikit baru bisa menjadi sepotong kain sutra yang bagus, setelah jadi kain sutra, baru bisa dipotong dan dijahit menjadi baju yang indah. Belajar juga begitu, hasilnya tidak bisa cepat dilihat. Belajar sedikit demi sedikit, walau susah itu tidak menjadi alasan untuk tidak belajar. Setelah mengerti sedikit, belajar lagi dan mengerti lebih banyak lagi, demikian seterusnya. Setelah cukup waktunya, kamu bisa mengetahui bahwa belajar sungguh sangat menarik dan berguna."

Meng Zi mendengarkan semua nasehat ibunya dan ia berjanji, "Ibu, saya sungguh bersalah dan menyesal, saya berjanji untuk tidak akan membolos lagi. Saya berjanji mulai sekarang akan rajin belajar dan melawan semua rasa bosan.
Saya tahu bahwa saya nanti bisa pintar dan berguna untuk bangsa dan negara."

Demikianlah janji Meng Zi dan sesuai keyakinan akan perkataan ibunya, Meng Zi kemudian berguna bagi masyarakat dan negaranya. Bahkan karyanya yang sudah berumur lebih dari dua ribu tahun terus dipelajari sampai sekarang dan berguna bagi yang membacanya.
Ajaran Meng Zi meneruskan ajaran Nabi Kong Zi (Khong Hu Cu). Orang di negeri China menyebut mereka berdua dengan sebutan "Kong-Meng". Jika Meng Zi ditanya, "Siapakah orang berpengaruh yang membuat anda sepintar ini?"  maka tanpa ragu Meng Zi akan menjawab, "Ibuku yang membuatku pintar!"

Salah satu kutipan Meng Zi
Meng Zi berkata, "Kalau mencintai seseorang, tetapi orang itu tidak menjadi dekat; periksalah apakah kita sudah berlandas Cinta Kasih. Kalau memerintah seseorang, tetapi orang itu tidak mau menurut; periksalah apakah kita sudah berlaku Bijaksana. Kalau bersikap Susila kepada seseorang, tetapi tidak mendapat balasan; periksalah apakah kita sudah benar-benar mengindahkannya."
"Melakukan sesuatu bila tidak berhasil, semuanya harus berbalik memeriksa diri sendiri. Kalau diri kita benar-benar lurus, niscaya dunia mau tunduk."
"Di dalam Kitab Sanjak tertulis 'Tekun hidup sesuai Firman, memberkati diri banyak bahagia."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar