Ayat-Ayat Emas

« »

Sabtu, 14 Januari 2012

Tahun Baru Imlek

BICARA tentang Tahun Baru Imlek, tidak bisa dipisahkan dari kebudayaan, tradisi religius, dan sejarah tentunya, karena menurut kaidah ilmu pengetahuan ilmiah, diterima atau tidak Tahun Baru Imlek ini memanglah tergantung dari ketiga hal di atas. Tahun Baru Imlek, sangat melekat dan membudaya di setiap sanubari orang-orang Tionghoa atau pun keturunan Tionghoa. Kalau mau jujur, ketika menyambut Imlek hampir separuh dari dunia yang dihuni oleh orang Tionghoa terpengaruh oleh hingar bingarnya Imlek. Sama seperti ketika dunia merayakan Idul Fitri dan Natal. Fenomena demikianlah yang terjadi.

Menurut kebiasaan, tradisi serta sejarahnya, yang paling utama dalam perayaan Imlek adalah dilakukannya upacara syukuran kepada Thian, Tuhan YME atas berkah dan rahmatNya. Bahkan, konon pada zaman Tiongkok kuno upacaranya pun langsung dipimpin oleh kaisar yang berkuasa, dan itu berlangsung dari dinasti ke dinasti.

Makna Tahun Baru Imlek yang sebenarnya adalah ucapan syukur kepada Tuhan atas berkat dan rahmatNya yang telah diterima umat manusia sepanjang tahun, yang direpresentasikan dalam momentum yang disebut Tahun Baru Imlek. Kebetulan juga, menurut penanggalan bulan/Yin Li ditetapkan jatuh pada musim awal Semi/ Spring, tepatnya 1 Cia Gwee atau hari pertama dan bulan pertama pada awal musim Semi dalam perhitungan berdasarkan penanggalan Lunar, yang tahun ini jatuh pada tanggal 14 February 2010.

Sejarah Imlek tidak bisa dilepaskan dari sejarah bangsa Tiongkok itu sendiri, baik dilihat dari literatur yang ada atau pun dari segi pengetahuan tentang asal-usul sesuatu (sejarah), seperti mengapa harus disebut Imlek, lalu dari mana perhitungan tahun tersebut berasal, dan aspek- aspek lainnya yang memiliki relevansi sehingga mungkin menjadi fenomena yang cukup penting untuk diketahui lebih lanjut.


Perayaan Tahun Baru Imlek/Yin Li/ Anno Confuciani/Teth menurut sejarah secara umum dan kenegaraan, dimulai pada zaman dinasti Han sekitar 206 SM-220 M, di mana kaisar pertamanya yang bernama Han Wu Di (keturunan dari Liu Bang yaitu orang yang berhasil menumbangkan dinasti Qin yang tirani 221 SM-207 SM).
Han Wu Di merupakan seorang Confucianist sejati, yang saking sejatinya dia sampai-sampai memakai konsep Confucianisme dalam menjalankan segenap pemerintahannya, dan ternyata jalan yang diambilnya tidaklah salah sebab dinasti Han-lah yang paling sukses dan berhasil dalam sejarah dinasti mana pun di Cina. Dinasti Han juga merupakan dinasti terlama dalam peradaban bangsa Cina, bahkan sampai sekarang pun hampir semua orang Cina merasa sangat bangga jika disebut sebagai orang Han.

Perayaan Tahun Baru Imlek sebenarnya sudah ada sejak zaman dinasti Xia (2100-1600 SM), dinasti ini didirikan oleh Yu The Great, yang merupakan penyelamat banjir ketika Cina dilanda air bah.
Penanggalan Imlek yang dihitung berdasarkan perhitungan lunar/bulan ditetapkan oleh Han Wu Di berdasarkan tahun kelahiran Confucius/Khonghucu, yang jatuh pada tahun 551 SM, sehingga terkadang oleh para sarjana barat Tahun Baru Imlek dikenal dengan istilah Anno Confuciani karena berdasarkan perhitungan tahun kelahirannya Confucius (Sima Qian, The Great History/Shi Ji).
Dan kebetulan juga karena begitu tepatnya perhitungan lunar bagi kepentingan pertanian dan astronomi Hong Shui, Feng Shui, dan keperluan lainnya perhitungan ini tidak mengalami perubahan yang signifikan sampai dinasti Qing (1644-1911) yang merupakan dinasti terakhir di Cina.

Dari sudut etimologi, perayaan Tahun Baru Musim Semi ini disebut juga Tahun Baru Imlek (dialek Fujian) atau Yin Li (dialek Mandarin), yaitu Im = Bulan, Lek = penanggalan, sehingga Imlek berarti penanggalan yang dihitung berdasarkan peredaran bulan jadi berbeda perhitungan dengan penanggalan Yanglek/Masehi yang dihitung berdasarkan peredaran Matahari, Yang = Matahari.
Tahun ini Tahun Baru Imlek sudah mencapai tahun yang ke 2561, perhitungan tersebut didapat dari penjumlahan tahun kelahiran Confucius yang jatuh pada 551 SM dengan angka tahun Masehi yang jatuh pada yang ke 2010, 551 + 2010 = 2561.

Religiusitas Imlek sampai saat ini masih dipertanyakan banyak orang, sebagian besar orang mengatakan bahwa Imlek bukanlah perayaan yang religius bahkan kadang hanya dianggap sebagai perayaan biasa yang tidak mengandung unsur religius apa pun. Dan, lucunya lagi oknum yang berkomentar seperti itu adalah orang Tionghoa yang tidak mengerti sejarah dan budaya sama sekali, yang hanya menggunakan kaca mata ilmu pengetahuan atau ilmiah. Anggapan itu merupakan suatu kekeliruan yang dilestarikan.
Jika dikaji lebih dalam dari sudut ilmu pengetahuan dan kebhinekaan kita sebagai saudara sebangsa, wacana tentang Imlek sekarang ini sangatlah tidaklah komprehensif, tidak ilmiah dan tidak mengandung toleransi.

Dalam konteks Indonesia, sebelum era reformasi, terjadi tekanan terhadap etnis keturunan Tionghoa dengan segala perangkatnya. Kebijakan yang diskriminatif dari rezim Orde baru itu tentu tidak perlu dilanjutkan lagi.

Imlek bagi sebagian orang Tionghoa, khususnya yang beragama Khonghucu, merupakan suatu perayaan besar yang sangat sakral/suci. Saat Imlek adalah saat yang baik untuk saling bermaaf-maafan, berkumpul, berdoa, mengucapkan rasa syukur atas berkah dan rahmat yang diberikan oleh Thian Tuhan YME.
Saat Imlek juga adalah saatnya bersuci diri dan memperbaiki diri untuk lebih baik lagi di tahun yang akan datang. Setelah berkumpul dengan sanak saudara, yang merayakannya berkumpul di sebuah komunal center yang dikenal dengan nama Li Dang/Klenteng/Miao (Bio) untuk bergabung dengan seluruh keluarga lain. Bersama-sama mereka melakukan upacara sembahyang besar ke hadirat Thian YME untuk berterima kasih dan memohon berkah dan rahmatNya.

Apa pun bentuk perayaan Imlek, pastilah memiliki suatu makna yang baik dan suci. Bila dihayati baik-baik pula maka dapat membawa kita kepada perdamaian di dunia ini, karena kita semua adalah bersaudara.
Di mana pun orang yang berbudaya berada, dalam hal memperingati perayaan-perayaan yang bermakna, mereka sudah pasti akan menjaga dan melestarikannya. Berkat perkembangan teknologi dan penyebaran informasi yang cepat dunia ini, semua mengalami peralihan, termasuk kekeluargaan. Bentuk keluarga semakin kecil dan kesenjangan generasi pun makin melebar.

Perayaan tahun Baru Imlek

Walaupun puncak acara Perayaan Tahun Baru Imlek hanya berlangsung 2-3 hari termasuk malam tahun baru, tetapi masa tahun baru sebenarnya berlangsung mulai pertengahan bulan 12 tahun sebelumnya sampai pertengahan bulan pertama dari tahun yang baru tersebut.

Satu bulan sebelum tahun baru merupakan bulan yang bagus untuk berdagang, karena orang biasanya akan dengan mudah mengeluarkan isi kantongnya untuk membeli barang-barang keperluan tahun baru. Transportasipun akan terlihat mulai padat karena orang biasanya akan pulang ke kampung halaman untuk merayakan tahun baru bersama sanak saudara.


Beberapa hari menjelang tahun baru kesibukan dalam rumah mulai terlihat dimulai dengan pembersihan rumah secara besar-besaran bahkan ada yang mengecat baru pintu-pintu dan jendela. Ini dimaksud untuk membuang segala kesialan serta hawa kurang baik yang ada dalam rumah dan memberikan kesegaran dan jalan bagi hawa baik serta rejeki untuk masuk.

Acara dilanjutkan dengan memasang hiasan-hiasan tahun baru yang terbuat dari guntingan kertas merah maupun tempelan kata-kata harapan, seperti Kebahagiaan, Kekayaan, Panjang Umur, serta Kemakmuran.

Keluarga melakukan sembahyang terhadap leluhur, bermacam-macam buah diletakkan di depan altar.

Pada malam tahun baru, setiap keluarga akan mengadakan jamuan keluarga dimana setiap anggota keluarga akan hadir untuk bersantap bersama. Makanan populer pada jamuan khusus ini adalah “Jiao Zi” (semacam ronde). Setelah makan, biasanya mereka akan duduk bersama ngobrol, main kartu maupun game, atau hanya nonton TV. Semua lampu dibiarkan menyala sepanjang malam. Tepat tengah malam, langit akan bergemuruh dan gemerlap karena petasan. Semua bergembira.

Keesokan harinya, anak-anak akan bangun pagi-pagi untuk memberi hormat dan menyalami orang tua maupun sanak keluarga dan mereka biasanya akan mendapat Ang Pau. Acara dilanjutkan dengan mendatangi saudara yang lebih tua atau tetangga. Ini adalah saat yang tepat untuk saling berdamai, melupakan segala ketidakcocokan.

Suasana tahun baru berakhir 15 hari kemudian, bersamaan dengan dimulainya “Perayaan Lentera”. Lentera warna-warni aneka bentuk akan dipasang memeriahkan suasana, tarian tradisional digelar. Makanan khas pada saat itu adalah “Yuan Xiao”, semacam ronde yang lain.

Walaupun tradisi dan kebiasaan boleh berbeda tetapi ada satu semangat yang sama dalam merayakan Tahun Baru, yaitu suatu harapan akan kedamaian, kebahagiaan keluarga, teman-teman ataupun penduduk dunia lainnya.


Aktivitas yang biasa dilakukan menjelang Tahun Baru Imlek

-Membersihkan rumah: Sebelum tibanya tahun baru, sangat penting untuk memastikan rumah dalam kondisi bersih secara paripurna. Simbolisme membersihkan rumah dari semua ketidak beruntungan dari tahun lalu.

-Mendekor rumah: Pintu dan jendela di cat ulang (umumnya dan traditionally dengan warna merah). Selain itu pintu dan jendela di tempeli dengan kertas yang bertuliskan kata atau kalimat bermakna baik. Yang paling umum dan favorit ialah kertas dengan karakter “fu” atau “keberuntungan” Tidak sedikit yang sengaja menempelkannya secara terbalik. Kata “terbalik” kalau diucapkan ialah “dao” yang juga berarti “tiba,” jadi maknanya menjadi “keberuntungan tiba” atau “fu dao.”

-Membeli pakaian dan sepatu baru, menggunting rambut juga dilakukan sebagai manifestasi dari membuang kesialan dan awal baru yang baik

-Makan malam reuni (nien yue fan) bersama seluruh anggota keluarga pada malam sebelum tahun baru. Ini sebagai ungkapan kebersamaan dan keutuhan keluarga dalam menyambut tahun baru. Malam sebelum Sin Cia dikenal sebagai “chuxi” yang artinya “malam pergantian tahun.”

-Melunasi utang: Kebiasaan untuk melunasi (paling tidak, mengurangi jumlah) utang sebelum Sin Cia dilandasi pada kepercayaan agar di tahun baru nanti kehidupan tidak dibebani dengan banyak utang.

-Memberikan ang pau: Tradisi memberikan ang pau / lai see /hong bao / fung bao kepada anak.-anak merupakan simbol dari “meneruskan” keberuntungan kepada generasi berikutnya. Umumnya pasangan yang sudah menikah dan orang tua memberikan kepada yang lebih muda dan belum menikah.Ang pau juga dikenal dengan sebutan ya sui qian yang artinya “uang untuk menghilangkan roh jahat.”Jumlah uang yang diberikan harus genap (dihitung dari digit pertama) misalnya 20, 40, 60, dan seterusnya. Untuk ang pau tidak boleh angka ganjil (30, 50, 70, dan seterusnya) karena angka ganjil diberikan untuk bai pao (uang yang diberikan saat melayat kematian).

-Memasang hiasan bunga Mei. Bunga Mei /Mei Hua /Plum Blossom merupakan bunga yang mekar pada musim semi, simbol dari adanya harapan pada saat susah dan penuh tantangan. Bunga Mei adalah simbol dari musim semi.

-Menyiapkan dan menghidangkan makanan-makanan khas Sin Cia:
Nian Gao atau kue keranjang. Disebut kue keranjang karena cetakannya yang terbuat dari keranjang. Nian sendiri berarti tahun dan Gao berarti kue. Gao juga homonim dengan kata “tinggi”, itulah mengapa kue keranjang sering disusun tinggi/bertingkat-tingkat. Makna di balik ini ialah pengharapan agar rezeki dan kemakmuran akan semakin tinggi. Pada masa silam, semakin tinggi susunan nian gao maka semakin tinggi pula status sosial keluarga tersebut.

* Ikan merupakan hidangan favorit, apalagi di hari Sin Cia. Ikan adalah simbol rezeki karena bunyi karakter “ikan (yu)” sama seperti karakter :”berlebih.” Makanya ada ungkapan “nian nian you yu” yang artinya “setiap tahun berlebih (rezekinya).”

* Bakmi, hidangan wajib yang juga favorit ini disajikan tanpa putus dari ujung awal ke ujung akhir (dalam satu untaian panjang). Ini simbol dan harapan agar dikaruniai panjang umur.”

* Yu Sheng atau Yee Sang adalah hidangan salad ikan, yang dipercaya sebagai hidangan yang dapat membawa keberuntungan.

* Jeruk Bali. Dalam bahasa Mandarin, buah jeruk disebut sebagai “ji” yang homonin dengan kata “selamat,” Jeruk Bali merupakan jenis jeruk yang berukuran paling besar, jadi berarti “besar selamat alias amat selamat.” Dipilih yang masih ada daun di dekat buahnya, yang berarti “amat selamat nya akan terus bertumbuh/berlangsung sepanjang tahun.” Selain jeruk Bali, jeruk dari jenis Mandarin dan Sunkist juga menjadi favorit. Warnanya yang kuning (mirip warna emas) menyimbolkan kemakmuran.

* Aneka permen dan makanan kecil manis lainnya. Semuanya ini agar kehidupan senantiasa “manis” pada tahun baru mendatang.

Aktivitas yang tidak boleh dilakukan:

Menyapu dianggap dapat “menyapu” rezeki keluar dari rumah, memecahkan barang juga berarti “memecahkan” kebahagiaan dalam hidup. Begitu pula dengan penggunaan benda tajam (pisau, gunting), dianggap tidak baik karena dapat “memotong” keberuntungan. Itulah sebabnya aktivitas di atas diusahakan tidak dilakukan/terjadi pada saat Sin Cia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar